Artikel

CERDAS BERMEDIA DALAM MERDEKA BELAJAR

Sebagai manusia, anda, saya, dan kita semua, patut selalu bersyukur karena Tuhan memberikan kita panca indera. Ke lima indera manusia meliputi indera pendengar (telinga), penglihatan (mata), indera pembau (hidung), indera perasa (lidah), dan indera peraba (kulit). Bayangkan apa jadinya kalau salah satu atau semua indera kita itu tidak berfungsi. Kita akan mengalami kendala dalam berkomunikasi, berinteraksi, belajar, dan mengakses berbagai ragam informasi.

Belajar merupakan satu bentuk proses komunikasi dengan tujuan tertentu. Sebagai proses komunikasi, dalam belajar ada beberapa variabel yang terkait, sebut saja tujuan, materi, sumber, strategi, dan kriteria keberhasilannya. Tujuan belajar adalah segala yang diharapkan dimiliki atau dikuasai oleh orang yang belajar. Materi adalah hal-hal yang dipelajari untuk mencapai tujuan belajar. Strategi belajar menyangkut bagaimana belajar dilakukan, termasuk di dalamnya pelibatan sumber/alat/media atau apapun untuk mengefektifkan pencapaian tujuan belajar. Sedangkan kriteria keberhasilan adalah seperangkat teknik untuk mengukur sejauh mana tujuan belajar tercapai.

Sebagai satu bentuk proses komunikasi, belajar itu idealnya menjadi aktivitas atau kegiatan yang bebas atau merdeka. Ya, merdeka dalam belajar, atau belajar secara merdeka. Anda, saya, dan kita semua, saat ini dapat belajar secara bebas, tanpa sekat, dan tanpa batas, melalui si(apa) saja, dimana saja, serta kapan saja.

Dalam konteks belajar secara merdeka, perspektif tentang gaya belajar (learning style) menjadi penting untuk dikulik. Kita mengenal ada tiga gaya belajar, yaitu auditorial, visual, dan kinestetik. Setiap orang memiliki kecenderungan pada salah satu gaya belajar itu, meskipun tidak secara absolut. Orang yang bergaya belajar auditorial, lebih mudah memahami suatu konten/informasi melalui suara, seperti ceramah, monolog, pembacaan cerita (story telling), dialog, tanyajawab, wawancara, diskusi, gelar wicara (talkshow), bahkan nyanyian atau lagu. Orang yang bergaya belajar visual, lebih mudah memahami suatu konten/informasi visual, seperti teks, gambar, poster, diagram, grafik, peta, dan sebagainya. Orang yang bergaya belajar kinestetik, lebih mudah memahami suatu konten/informasi dengan aktivitas gerakan fisik secara langsung.

Kecenderungan pada salah satu gaya belajar tidaklah absolut, sehingga setiap orang tetap memerlukan gaya belajar lain di luar kecenderungannya. Hal ini dipengaruhi oleh variabel keragaman karakteristik konten/informasinya. Ada konten/informasi yang efektif disampaikan secara auditif, visual, kinestetik atau psikomotorik, bahkan bisa jadi paduannya.

Dalam konteks ini ada variabilitas gaya belajar dan juga konten/informasi yang disampaikan berpengaruh terhadap perolehan belajar (gain learning). Untuk itu maka pemilihan strategi, khususnya media menjadi sangat penting untuk dikaji.

Berbicara tentang media, dewasa ini dengan begitu mudah kita bisa mengakses beragam konten/informasi dari berbagai platform media digital. Bahkan banyak juga di antara kita yang piawai berkreasi dalam mengadaptasi bahkan mencipta media untuk berbagai kepentingan.

Terkait hal ini, Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara menyatakan, bahwasanya belajar itu merupakan proses 3N, yaitu niteni, nirokke, nambahi. Niteni artinya menganalisis, nirokke artinya pada menirukan, dan nambahi artinya berkreasi. Untuk itu, para pelaku di dunia pendidikan dan pembelajaran, baik siswa, mahasiswa, guru, dosen, maupun pengembang teknologi pembelajaran, pengembang media pembelajaran, atau siapa pun juga, hendaknya selalu berupaya untuk bisa cerdas bermedia sebagai wujud merdeka dalam belajar atau belajar secara merdeka.

Cerdas bermedia merujuk pada kecerdasan memilih media yang akan dimanfaatkan, atau terlebih dahulu membuat media yang dibutuhkan; apakah audio, visual, audiovisual, multimedia, atau yang lain untuk belajar. Dalam konteks ini, keefektifan belajar akan banyak diwarnai oleh kecerdasan memadukan karakteristik gaya belajar dan konten/materi yang dipelajari dalam proses belajar.

Jadi sekali lagi dengan selalu bersyukur karena Tuhan mengaruniai pancaindera, marilah kita optimalkan itu untuk secara cerdas bermedia dalam rangka belajar. Mari gunakan pancaindera kita (telinga, mata, hidung, lidah, dan kulit) serta segala yang kita miliki untuk belajar. Pilihan itu sepenuhnya ada pada anda, saya, dan kita semua.

Prinsip media adalah memudahkan yang sulit dan menyederhanakan yang rumit. Sepanjang prinsip itu dipegang teguh, itu berarti bahwa anda, saya, dan kita semua bisa cerdas bermedia dalam rangka merdeka belajar.

Salam cerdas bermedia, salam merdeka belajar.(Sunarto/Radio Edukasi/BPMRPK/Kemdikbudristek)

 

 

Ilustrasi: Freepik

This post has 0 Comments

    Kirim Komentar