Artikel
Kolaborasi Seni di Masa Pandemi

“Seni itu memperindah kehidupan. Kadangkala seni memudahkan hal yang sulit dan juga terkadang menyulitkan yang mudah”. Begitulah ungkapan yang sesuai dengan kolaborasi seni di masa pandemi. Saat banyak orang terpuruk dengan keadaan, para pegiat seni justru menangkap hal yang dapat dijadikan peluang besar untuk menikmati hidup. Karena sejatinya menikmati hidup adalah salah satu seni menghadirkan kebahagiaan.
Pembatasan kegiatan yang menjadi aturan baru ketika pandemi Covid-19 datang telah menghadirkan budaya baru. Salah satunya adalah cara berkomunikasi dan kegiatan yang dikemas dalam dunia virtual. Sulitnya kesempatan bertatap muka dan bertemu secara langsung tidak lagi menjadi kendala saat berbagai aplikasi komunikasi bermunculan. Hal tersebut yang kemudian ditangkap sebagai peluang oleh pegiat seni untuk mengadakan Kolaborasi Seni. Dari handphone yang dimiliki setiap orang tentu saja tersedia aplikasi foto ataupun aplikasi menggambar yang dapat dengan mudah didownload. Kemudian muncullah gagasan pertama dalam kolaborasi seni dengan fokus pada seni “Doodling” atau menggambar dengan penuh kebebasan atas apa yang ada di benak pelukis. Bukan hanya sekedar corat-coret, para pegiat seni yang disutradarai oleh Eko Santosa, S.Sn. (Widyaiswara BBPPMPV Seni dan Budaya D.I.Yogyakarta) juga ingin menyampaikan pesan tersirat dalam karya seni yang disuguhkan.
Merangkul berbagai lintas generasi serta lintas bidang dengan kemampuan dan bidangnya masing-masing Kolaborasi Seni di Masa Pandemi terwujud dengan begitu apik. Bahkan berbagai lintas negara yang tergabung dalam ARTISM (Art Indonesia, Singapura, Malaysia) juga turut serta dalam kolaborasi ini. Dari kolaborasi seni ini para seniman ingin menyadarkan bahwa pandemi bukan alasan untuk menjadi terpuruk dan tidak berkarya. Justru seniman harusnya merasa tertantang untuk tetap menyalurkan energi positif melalui karya apapun. Dalam kolaborasi bukan persoalan karya aku karya kamu, namun kesenian adalah kerjasama. Semua karya seni indah pada tempat dan posisi yang tepat.
Kolaborasi bukan hanya persoalan kerjasama dalam sebuah event. Namun kolaborasi juga berkaitan erat dengan berbagai kehidupan, terlebih dunia Pendidikan. Karena jantung Pendidikan terletak pada kolaborasi. Dalam perkembangan zaman yang semakin sukar ditebak, kita tidak- dapat hidup dengan kemampuan tunggal. Tentu saja membutuhkan ilmu yang lain untuk keseimbangan hidup. Artinya dalam menjalankan kehidupan sesungguhnya semua manusia sudah melakukan kolaborasi, dan seharusnya hal ini menjadi perhatian penting dalam dunia Pendidikan agar kolaborasi dapat disalurkan dalam berbagai hal yang mampu memberikan kebermanfaatan positif.
Menurunkan egoisme dalam diri seniman menjadi tantangan yang harus diselesaikan sebelum membuat kolaborasi. Kunci suksesnya sebuah kolaborasi terletak pada kejujuran seniman, ikhlas dan kerjasama. Kejujuran yang dimaksudkan adalah kejujuran akan kemampuan apa yang dimiliki dan mampu dilakukan, kemudian jika kejujuran sudah ditunjukkan maka keikhlasan dalam menyuguhkan karya seni menjadi kunci penting selanjutnya. Yang terakhir adalah kerjasama, jika seniman sudah menjunjung tinggi nilai kejujuran dan keikhlasan dalam berkarya maka akan secara tidak langsung naluri akan membawa pada keinginan untuk berkolaborasi menyuguhkan karya seni yang indah.
Manfaat yang dirasakan dari adanya kolaborasi ini pada akhirnya para seniman sadar bahwa pertemuan itu sangat berharga dan dibutuhkan. Dari kesadaran tersebut kemudian menjernihkan pikiran untuk meramu pertemuan offline setelah pandemi covid-19 berakhir menjadi pertemuan yang kualitatif. Adanya kolaborasi seni di masa pandemi ini juga menjadi hal yang sangat baik, karena kembali mengikat keakraban para seniman dengan harapan dapat terjalin keakraban yang lebih cair, hangat dan aktif dalam kolaborasi-kolaborasi berikutnya, terutama kolaborasi offline setelah pembatasan tidak ada lagi. (Deyrin Anggraini/Radio Edukasi/BPMRPK/Kemendikbudristek)
Foto: freepik.com
Kirim Komentar